http://www.GlitterMaker.com/ - Glitter Graphics

Selasa, 11 Januari 2011

Kisah Cinta Sejati


Namaku Ervina dan aku memiliki sebuah kisah cinta yang memberikanku sebuah pengajaran tentangnya. Ini bukanlah sebuah kisah cinta hebat dan mengagumkan seperti dalam novel-novel romantis, tetapi tetap bagiku ia adalah kisah yang jauh lebih mengagumkan dari semua novela tersebut.
Ini adalah kisah cinta papaku, Edyono dan mamaku, Supriyani. Mereka bertemu dirumah nenekku hmmm orang tua papaku dan kata papaku dia jatuh cinta pada pandangan pertama ketika ibuku masuk ke dalam ruangan. Saat itu dia tahu, inilah wanita yang akan dinikahinya. Ia menjadi kenyataan dan mereka telah bernikah selama 30 tahun dengan tiga orang anak. Aku anak sulung. Mama papaku hidup bahagia dan selama bertahun-tahun telah menjadi mama papa yang sangat baik bagi kami, membimbing kami dengan penuh cinta kasih dan kebijaksanaan.
Aku teringat suatu hari ketika aku masih berusia belasan tahun. Beberapa tahun lalu kami mengajak mamaku pergi ke pembukaan pamernya yang menjual alat-alat keperluan rumah tangga. Mereka mengatakan hari pembukaan adalah waktu terbaik untuk berbelanja barang keperluan karena barang sangat murah.
Tapi mamaku menolaknya kerana papaku sebentar lagi akan pulang dari kerja. Kata mamaku,”mama tak akan pernah meninggalkan papamu sendirian”.
Perkara itu yang selalu ditegaskan oleh mamaku kepadaku. Apapun yang terjadi, sebagai seorang wanita, aku wajib bersikap baik terhadap suamiku dan selalu menemaninya dalam keadaan apapun, baik miskin, kaya, sihat maupun sakit. Seorang wanita harus menjadi teman hidup suaminya. Banyak orang tertawa mendengar hal itu. Menurut mereka, itu hanyalah lafaz janji pernikahan, omongan kosong belaka. Tapi aku tetap mempercayai nasihat mamaku.
Sampai suatu hari, bertahun-tahun kemudian, kami sekeluarga mengalami berita duka. Setelah ulang tahun papaku yang ke-30, papaku terjatuh di lapangan olahraga dan menjadi patah tulang dikaki. Doktor mengatakan kalau saraf tulang dikaki papaku tidak berfungsi lagi, dia harus menghabiskan sisa hidupnya pakai tongkat.
Mamaku, seorang wanita yang masih sehat di usia tuanya. Tetapi dia tetap setia merawat papaku, menyuapinya, bercerita segala hal dan membisikkan kata-kata cinta pada papa. mamaku tak pernah meninggalkannya. Selama bertahun-tahun, hampir setiap hari mamaku selalu menemaninya. Mamaku pernah mengilatkan kuku tangan papaku, dan ketika papaku bertanya ,”Untuk apa kau lakukan itu? Aku sudah sangat tua dan bodoh sekali”.
Mamaku menjawab, “Aku ingin kau tetap merasa ganteng
Begitulah pekerjaan mamaku sehari-hari, merawat papaku dengan penuh kelembutan dan kasih sayang, pada akhirnya papaku bisa sembuh karena ia mau berusaha berjuang buat demi istrinya dan anak-anaknya karena didunia apa tak mungkin bisa mungkin lakukan kalau kita mau berusaha dan berdoa.
Suatu hari papa berkata padaku sambil tersenyum,”Kau tahu, Ervina. mamamu tak akan pernah meninggalkan aku…kau tahu kenapa?”
Aku menggeleng, dan papaku berkata, “Kerana aku tak pernah meninggalkannya…”
Itulah kisah cinta papaku, Edyono dan mamaku, Supriyani, mereka memberikan kami anak-anaknya pelajaran tentang tanggungjawab, kesetiaan, rasa hormat, saling menghargai, kebersamaan, dan cinta kasih. Bukan dengan kata-kata, tapi mereka memberikan contoh dari kehidupannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar